Hari ini hari terakhir gua kerja dan terakhir kali jadi Karyawan. Terlintas perasaan bahagia karena akan berhenti menjalani lingkaran setan, iya lingkaran setan dimana keseharian dengan melakukan kegiatan yang sama berulang - ulang hingga tak menemukan ujungnya. Yang dihadapai dalam satu hari penuh bakalan bisa ditebak, "ah pasti melakukan hal itu lagi" gak ada yang dinamis semuanya statis. Semua yang dirasakan tentang kehidupan realistis, yang berhubungan dengan materi dan keuntungan. Alasan berhenti kerja sih bukan karena masalah resign atau PHK , ini mah habis kontrak kerja dengan pemberitahuan yang mendadak, ya namanya juga kerja melalui sistem outsorscing ya mau tak mau kita harus patuh pada beberapa lembar surat kontrak kerja.
Sudah sore dan sebentar lagi senja, setelah pamitan dengan teman-teman Kantor yang kebanyakan dari mereka tidak ada rasa sedih karena bakal kehilangan gua dari Kantor itu, ada yang bermuka datar tak peduli, ada yang terlalu sibuk dengan layar monitor komputer, dan ada juga sih sedikit orang yang perhatian dan ngasih pesan bijak bermotivasi "Semoga Sukses Selalu dan Jangan Lupa Undangannya di tunggu" memang sih saat ini gua masih membujang dan belum nikah, menyebalkan sekali jika mendengarkan kata-kata hal seperti itu, yang lebih greget lagi ada yang bilang "Yah gua gagal dong nyomblangin lo ma si itu" iya si itu, si dia teman cewe sekantor yang jadi bahan gosip sekantor kalo gua pacaran sama dia, padahal mah ditolak aja iya, kasihan sekali gua terlalu baik katanya, bilang aja gua jelek ha ha ha.
"Andra!" dari kejauhan diantara para lalu lalang orang-orang kantor yg berjalan di depan halaman kantor, gua melihat April berlari ke arahku sambil melambaikan tangan. Wajahnya kesal sekali seakan dia kalah taruhan, "Lo serius udah gak kerja di kantor ini!?" dengan cerewetnya April berbicara, 'Ya serius lah, berhubung kontrak kerja sudah habis ya mau gimana lagi" kujawab dengan nada santai tanpa beban. "Iiihhh kok udahan sih, terus ntar siapa yang nraktir kopi gua di kafe? kan rugi dong gua gak dapt kopi gratis tiap hari" masih dengan muka yang kesal dan kecewa, "Ha ha ha, jadi lo kesal dan kecewa karena besok gak ada yang nraktir kopi lagi, tapi kan bagus dong jadi lo bisa bereksperimen bikin kopi sendiri" Kopi buatan April memang tiada duanya, dia mahir sekali meracik kopi instan sasetan menjadi kopi seperti di kafe-kafe, sepertinya dia memiliki bakat menjadi Barista dari masih bayi dari kopi racikannya itu membuat gua jatuh cinta pada April, ya walaupun gua sudah ditolak April karena gua terlalu baik katanya.
"Sudah sore ini, gua mau cabut dulu ke rumah, lo juga harus balik ntar dicari ayah ibu lo, oh ya terimaksih buat semuanya ya termasuk Kopi racikan lo sekali lagi gua mau pamit dan habis ini mau pergi ke Dunia Paralel" sambil tersenyum gua mengucapkan salam perpisahan. "Jahat banget sih lo ini, mau pergi sendiri ke Dunia Paralel gak ajak-ajak gua!" masih bernada kesal April ngomong dengan cerewetnya. "Ya sudah sana pergi jauh lo ke Dunia Paralel, gak usah balik lagi dan jangan liatin muka lo di depan gua lagi! dan satu lagi gak usah kangen sama gua ya!" April pun kembali lagi ke ruangannya untuk mengambil tas sambil melambaiakn tangan sebagai tanda perpisahan.
Setelah berbicara dengan April lalu gua berjalan dengan langkah ringan menuju parkiran dengan menggeber motor bebek berwarna biru bernama Stella yang sedikit lagi berumur satu dasawarsa. Motor biru dengan tampilan lusuh namun kencang dijalan lurus itu menemani saat-saat terakhir pulang dari Kantor. Motor kesayangan yang selalu jadi bahan tertawaan teman-teman, tapi tak apalah hitung-hitung sedekah karena bikin mereka tertawa bahagia dengan candaan motor gua yang tak ada habisnya. Angin kencang menghembus dari depan bersama bau debu dan knalpot kendaraan bermotor dengan pandangan jalan raya yang lurus dengan garis putih ditengah nya selalu dilewati setiap hari menemani perjalan pulang untuk rehat.
Sampai juga ditempat tujuan, yaitu pulang ke rumah. Pulang adalah hal yang sangat disukai untuk melepas semua kejenuhan yang dilalui setiap hari di kantor. Rumah kecil yang tak begitu besar dengan warna cat tembok merah muda dengan sedikit taman dan pepohonan di depan beranda. Terletak satu kursi sofa yang sudah reot dan usang didepan jendela kamar dengan hiasan pot bunga di bagian pinggir kanannya. Sofa yang selalu jadi tempat sandaran untuk rehat dan menghilangkan penat. Penuh dengan kedamaian jika berada di rumah, tempat naungan yang sempurna di Bumi ini melebihi Hotel berbintang lima.
"Aku pulang bu" sahut suara gua sambil masuk ke dalam rumah. Lantai keramik dengan lantainya terasa dingin saat telapak kaki menginjak selangkah demi selangkah setelah gua melepas sepatu gunung berwarna coklat kemudian menengok disekitar ruang tengah dan ternyata tidak ada orang di dalam rumah, hanya nyala televisi yang dibiarkan dengan suara volume keras dengan suatu acara bertema penuh sekenario di salah satu stasiun televisi. "Acara Televisi yang tidak berfaedah gini aja kok masuk rating sih? apakah Komisi Penyiaran sehat?" sambil ngedumel untuk melampiaskan rasa lelah.
Rasa lelah ini memang cocoknya di rebahkan di kasur, kamar berplapon warna putih dengan ranjang tidur warna merah marun langsung mendekap tubuhku yang mungil dan kecil ini. Terlintas dalam pikiran gua sambil menatap plapon itu "Kerja jadi karyawan kok gini-gini amat ya? gak ada perubahan malahan tubuh yang makin kurus...". Berat badan gua memang tergolong kurus, ya sekitar 45 kg untuk tinggi badan sekitar 165 cm, tidak ideal banget! Sambil memikirkan tentang menjadi seorang pengangguran yang hanya akan menambah Manusia ngangur di Indonesia, apalagi bagi seorang berpendidikan Sarjana seperti gua, teringat janji salah satu Capres yang akan menggaji Pengangguran dengan Kartu Pra Sejahtera, wah bakalan enak banget kita nganggur namun di gaji negara. Makin lama memikirkan tentang menjadi seorang pengangguran semakin menggila saja fantasi yang di dapat.
Angin yang berhembus dari jendela kamar sembari tangan memegang handphone dan menscroll layar handphone ke atas hingga ke bawah. "Keluar dari zonya nyaman..." gua menggumam dengan sedikit tersenyum karena teringat dari lagu fourtwnty yang berjudul "Zona Nyaman" ada benarnya juga sih dari lirik lagu tersebut, mungkin dengan keluar dari zona nyaman hari-hari yang bakal gua laluin akan menyenangkan dengan tantangan-tantangan baru. Banyak orang bilang kalau kita mau sukses harus keluar dari zona nyaman, tapi kan nyaman itu hal yang sangat enak sekali? sambil memikirkan tentang menjadi seorang pengangguran.
Suara ketukan pintu kamar dengan nada berulang-ulang"Tok Tok Tok Tok Tok Tok" terdengar makin keras dan di ikuti suara "Nak kamu sudah pulang ya?" sahut suara ibu yang masih mengetok pintu kamar berwarna coklat yang di pernis mengkilap. "Iya bu, saya sudah pulang kerja dan ini adalah hari terakhir saya kerja" tanpa basa basi gua langsung memroklamirkan akan menjadi seorang pengangguran. Kemudian ibu mendekatiku , dengan sosok berambut panjang berpostur tubuh kecil kurus sama sepertiku dan beraroma harum khas seorang Ibu-ibu, kemudain ibu menanyakan "Terakhir saya kerja nak? maksudnya apa?" gua pun menjawabnya dengan sedikit santai tanpa keseriusan sedikitpun "Ya sudah tidak bekerja lagi bu, kontrak kerja saya sudah kadaluwarsa bu" sambil sedikit memberikan senyuman di akhir kalimat itu.
"Yah nambah lagi dah pengangguran yang gak berguna di negri ini" celetuk ibu gua dengan nada mengejek. "Terus dapat pesangon gak dari kantor?" langsung menanyakan masalah pesangon dan uang tanda terimakasih atau semacamnya. "Mana ada bu, ini kan perusahaan outscoursing , saya cuma dittipkan buat kerja di kantor itu jadi kantor juga tidak tahu menahu soal uang,gajian gono gini yang tahu itu perusahaan si penyalur tenaga kerja itu" sahut dengan nada sedikit kesal.
Sudah sore dan sebentar lagi senja, setelah pamitan dengan teman-teman Kantor yang kebanyakan dari mereka tidak ada rasa sedih karena bakal kehilangan gua dari Kantor itu, ada yang bermuka datar tak peduli, ada yang terlalu sibuk dengan layar monitor komputer, dan ada juga sih sedikit orang yang perhatian dan ngasih pesan bijak bermotivasi "Semoga Sukses Selalu dan Jangan Lupa Undangannya di tunggu" memang sih saat ini gua masih membujang dan belum nikah, menyebalkan sekali jika mendengarkan kata-kata hal seperti itu, yang lebih greget lagi ada yang bilang "Yah gua gagal dong nyomblangin lo ma si itu" iya si itu, si dia teman cewe sekantor yang jadi bahan gosip sekantor kalo gua pacaran sama dia, padahal mah ditolak aja iya, kasihan sekali gua terlalu baik katanya, bilang aja gua jelek ha ha ha.
"Andra!" dari kejauhan diantara para lalu lalang orang-orang kantor yg berjalan di depan halaman kantor, gua melihat April berlari ke arahku sambil melambaikan tangan. Wajahnya kesal sekali seakan dia kalah taruhan, "Lo serius udah gak kerja di kantor ini!?" dengan cerewetnya April berbicara, 'Ya serius lah, berhubung kontrak kerja sudah habis ya mau gimana lagi" kujawab dengan nada santai tanpa beban. "Iiihhh kok udahan sih, terus ntar siapa yang nraktir kopi gua di kafe? kan rugi dong gua gak dapt kopi gratis tiap hari" masih dengan muka yang kesal dan kecewa, "Ha ha ha, jadi lo kesal dan kecewa karena besok gak ada yang nraktir kopi lagi, tapi kan bagus dong jadi lo bisa bereksperimen bikin kopi sendiri" Kopi buatan April memang tiada duanya, dia mahir sekali meracik kopi instan sasetan menjadi kopi seperti di kafe-kafe, sepertinya dia memiliki bakat menjadi Barista dari masih bayi dari kopi racikannya itu membuat gua jatuh cinta pada April, ya walaupun gua sudah ditolak April karena gua terlalu baik katanya.
"Sudah sore ini, gua mau cabut dulu ke rumah, lo juga harus balik ntar dicari ayah ibu lo, oh ya terimaksih buat semuanya ya termasuk Kopi racikan lo sekali lagi gua mau pamit dan habis ini mau pergi ke Dunia Paralel" sambil tersenyum gua mengucapkan salam perpisahan. "Jahat banget sih lo ini, mau pergi sendiri ke Dunia Paralel gak ajak-ajak gua!" masih bernada kesal April ngomong dengan cerewetnya. "Ya sudah sana pergi jauh lo ke Dunia Paralel, gak usah balik lagi dan jangan liatin muka lo di depan gua lagi! dan satu lagi gak usah kangen sama gua ya!" April pun kembali lagi ke ruangannya untuk mengambil tas sambil melambaiakn tangan sebagai tanda perpisahan.
Setelah berbicara dengan April lalu gua berjalan dengan langkah ringan menuju parkiran dengan menggeber motor bebek berwarna biru bernama Stella yang sedikit lagi berumur satu dasawarsa. Motor biru dengan tampilan lusuh namun kencang dijalan lurus itu menemani saat-saat terakhir pulang dari Kantor. Motor kesayangan yang selalu jadi bahan tertawaan teman-teman, tapi tak apalah hitung-hitung sedekah karena bikin mereka tertawa bahagia dengan candaan motor gua yang tak ada habisnya. Angin kencang menghembus dari depan bersama bau debu dan knalpot kendaraan bermotor dengan pandangan jalan raya yang lurus dengan garis putih ditengah nya selalu dilewati setiap hari menemani perjalan pulang untuk rehat.
Sampai juga ditempat tujuan, yaitu pulang ke rumah. Pulang adalah hal yang sangat disukai untuk melepas semua kejenuhan yang dilalui setiap hari di kantor. Rumah kecil yang tak begitu besar dengan warna cat tembok merah muda dengan sedikit taman dan pepohonan di depan beranda. Terletak satu kursi sofa yang sudah reot dan usang didepan jendela kamar dengan hiasan pot bunga di bagian pinggir kanannya. Sofa yang selalu jadi tempat sandaran untuk rehat dan menghilangkan penat. Penuh dengan kedamaian jika berada di rumah, tempat naungan yang sempurna di Bumi ini melebihi Hotel berbintang lima.
"Aku pulang bu" sahut suara gua sambil masuk ke dalam rumah. Lantai keramik dengan lantainya terasa dingin saat telapak kaki menginjak selangkah demi selangkah setelah gua melepas sepatu gunung berwarna coklat kemudian menengok disekitar ruang tengah dan ternyata tidak ada orang di dalam rumah, hanya nyala televisi yang dibiarkan dengan suara volume keras dengan suatu acara bertema penuh sekenario di salah satu stasiun televisi. "Acara Televisi yang tidak berfaedah gini aja kok masuk rating sih? apakah Komisi Penyiaran sehat?" sambil ngedumel untuk melampiaskan rasa lelah.
Rasa lelah ini memang cocoknya di rebahkan di kasur, kamar berplapon warna putih dengan ranjang tidur warna merah marun langsung mendekap tubuhku yang mungil dan kecil ini. Terlintas dalam pikiran gua sambil menatap plapon itu "Kerja jadi karyawan kok gini-gini amat ya? gak ada perubahan malahan tubuh yang makin kurus...". Berat badan gua memang tergolong kurus, ya sekitar 45 kg untuk tinggi badan sekitar 165 cm, tidak ideal banget! Sambil memikirkan tentang menjadi seorang pengangguran yang hanya akan menambah Manusia ngangur di Indonesia, apalagi bagi seorang berpendidikan Sarjana seperti gua, teringat janji salah satu Capres yang akan menggaji Pengangguran dengan Kartu Pra Sejahtera, wah bakalan enak banget kita nganggur namun di gaji negara. Makin lama memikirkan tentang menjadi seorang pengangguran semakin menggila saja fantasi yang di dapat.
Angin yang berhembus dari jendela kamar sembari tangan memegang handphone dan menscroll layar handphone ke atas hingga ke bawah. "Keluar dari zonya nyaman..." gua menggumam dengan sedikit tersenyum karena teringat dari lagu fourtwnty yang berjudul "Zona Nyaman" ada benarnya juga sih dari lirik lagu tersebut, mungkin dengan keluar dari zona nyaman hari-hari yang bakal gua laluin akan menyenangkan dengan tantangan-tantangan baru. Banyak orang bilang kalau kita mau sukses harus keluar dari zona nyaman, tapi kan nyaman itu hal yang sangat enak sekali? sambil memikirkan tentang menjadi seorang pengangguran.
Suara ketukan pintu kamar dengan nada berulang-ulang"Tok Tok Tok Tok Tok Tok" terdengar makin keras dan di ikuti suara "Nak kamu sudah pulang ya?" sahut suara ibu yang masih mengetok pintu kamar berwarna coklat yang di pernis mengkilap. "Iya bu, saya sudah pulang kerja dan ini adalah hari terakhir saya kerja" tanpa basa basi gua langsung memroklamirkan akan menjadi seorang pengangguran. Kemudian ibu mendekatiku , dengan sosok berambut panjang berpostur tubuh kecil kurus sama sepertiku dan beraroma harum khas seorang Ibu-ibu, kemudain ibu menanyakan "Terakhir saya kerja nak? maksudnya apa?" gua pun menjawabnya dengan sedikit santai tanpa keseriusan sedikitpun "Ya sudah tidak bekerja lagi bu, kontrak kerja saya sudah kadaluwarsa bu" sambil sedikit memberikan senyuman di akhir kalimat itu.
"Yah nambah lagi dah pengangguran yang gak berguna di negri ini" celetuk ibu gua dengan nada mengejek. "Terus dapat pesangon gak dari kantor?" langsung menanyakan masalah pesangon dan uang tanda terimakasih atau semacamnya. "Mana ada bu, ini kan perusahaan outscoursing , saya cuma dittipkan buat kerja di kantor itu jadi kantor juga tidak tahu menahu soal uang,gajian gono gini yang tahu itu perusahaan si penyalur tenaga kerja itu" sahut dengan nada sedikit kesal.
Comments
Post a Comment
Terimakasih telah komen dan berkunjung
Pilih menu SITEMAP untuk postingan yang lain